Selasa, 01 Desember 2015

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI SESUAI TUMBUH KEMBANG

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI SESUAI TUMBUH KEMBANG
A.    Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau 
sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B.     Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria
1.      GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal:

1.      Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2.      Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3.      Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4.      Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

 c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah.

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal.

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :
         Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
         Lapisan tengah otot polos
         Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.



3. VESIKULA URINARIA ( Kantung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1.      Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2.      Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3.      Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
4.      Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.



4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.

•Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm. •Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh

Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
•Tebal kulit
•Jumlah lipatan kulit
•Elastisitas kulit
•Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
•Umur individu.

Lapisan Kulit
•Epidermis
•Dermis
•Jaringan subcutan.

EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale

Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari.

Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.

Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.

Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans à mengaktifkan sistem imun

Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes à melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).
•Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.

DERMIS
•Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
–Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
–Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
•Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

JARINGAN SUBCUTAN/ HIPODERMIS
•Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

ADNEKSA KULIT

1.Kelenjar pada kulit

a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang rambut
–untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat

Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :

·         Kelenjar ekrin
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
·         Kelenjar apokrin
–Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.

2.Rambut
–Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.

–Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.

–Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
–Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.

3. Kuku
–Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 (satu) mm perminggu.

Fungsi Kulit

Perlindungan (proteksi)
–Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis

Sensibilitas/fungsi sensori
–Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.

•Ujung reseptor saraf berupa mekanoreseptor yaitu sel Merkel di epidermis, korpuskulus Meissner’s di stratum papillare, dan korpuskulus paccinian di jaringan subkutan serta ujung serabut saraf bebas (free nerve endings (nyeri, tekanan dan reseptor temperatur).

–Korpus Meisner’s: reseptor yang terdapat pada kulit tidak berambut (banyak diujung jari dan bibir) untuk mendeteksi objek yang sangat ringan dan vibrasi dengan frekuensi rendah.
–Sel Merkel terdapat didaerah dimana terdapat korpus Meisner’s berfungsi untuk melokalisasi sensasi raba pada daerah permukaan tubuh dan menentukan teksture benda yang dipegang.
–Korpus Paccini berperan penting untuk mendeteksi vibrasi

Keseimbangan air
–Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.

Pengaturan suhu (thermoregulator)
–Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit.

Fungsi komunikasi oleh ekspresi respon otonom.

Produksi vitamin
–Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).

Fungsi respons immun
–Beberapa sel dermal (sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit dan sub kelompok limfosit T) merupakan komponen penting dalam sistem immun

Sistem immun lokal
•SALT (skin associated lymphatic tissue)
•MALT (mucosa associated lymphatic tissue)

SALT (Skin Associated Lymphatic Tissue)
•Struktur khusus SALT atau SIS (Skin associated immune system) yaitu:
–Antigen presenting sel (sel Langerhans, monosit, jaringan makrofag)
–Sel efektor (Sel T, sel B, NK cells, granulosit, sel mast)
–Keratinosit (produksi sitokin)

•Kulit beserta struktur anatominya berperan sebagai pertahanan utama terhadap infeksi.
•Sel Langerhans secara normal terdapat dikulit dan setelah diaktivasi akan berpindah ke nodus limfe dan kontak dengan sel T (sebagai pertahanan spesifik).
•Sebagai contoh: saat mengalami dermatitis kontak akibat alergi perhiasan yang mengandung nikel masuk ke kulit dan berikatan dengan protein endogen kemudian difagositosis sebagai antigen oleh makrofag kulit (sel langerhans).
•Selanjutnya makrofag akan bermigrasi ke kelenjar limfe regional dan ditempat tersebut antigen akan dipresentasikan ke sel T yang spesifik untuk antigen tersebut. Sel T ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T pembunuh dan sel TH1) sehingga dapat mencapai tempat pemajanan antigen dalam jumlah besar terutama melalui darah).

PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME
Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
         Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
         Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
         Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
         Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
         Berat jenis 1.015 – 1.020.
         Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih
         Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
         Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
         Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
         Pigmen (bilirubin, urobilin)
         Toksin
         Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

Dalam ginjal terdapat aktivitas pembentukan urin yang dilaksanakan oleh nefron. Proses pembentukan urine antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Ultrafiltrasi (penyaringan)
Proses ini terjadi di glomelurus, dimana semua zat zat yang dapat menembus dinding glomelurus yang bersifat semipermeabel untuk memasuki kapsula bowman.
Zat zat tersebut terdiri dari : air, garam garam, glukosa, urea, asam urat dan kreatinin. Sedangkan zat yang tak dapat masuk adalah sel darah, plasma dan protein.
Proses ultrafiltrasi dipengaruhi oleh volume darah, tekanan hidrostatis darah, tekanan osmotis darah, dan tekanan di kapsula bowman.
2.      Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Proses ini dilakukan oleh tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal.
a)      Reabsorpsi air (H2O)
Diatur oleh hormon dari hipofise posterior dan hipotalamus, reabsorpsi air 80 % terjadi di tubulus kontortus proksimal, 15 % di tubulus kontortus distal, dan 5% lagi dikeluarkan sebagai urine. Reabsorpsi air ini diatur oleh hormon yang dihasilkan di hipofise posterior dan hipotalamus pusat pengatur air. Aktivitas hormon di ginjal adalah merangsang sel sel ditubuli dengan bantuan dari tekanan osmotik air dengan garam terlarut
b)      Reabsorpsi Zat Zat Terlarut
Terjadi di tubulus kontorti proksimal dengan cara selektif antara lain :
         Non elektrolit :
Glukosa dihisap seluruhnya dan Asam amino semuanya dihisap kembali . Metabolit protein : urea, asam urat, kreatinin hanya diserap sedikit
         Elektrolit
Natrium (Na+), kalium (K+), Calsium (Ca+ +). Magnesium (Mg+ +), Chlorida (CL-), Carbonat (HCO3-), Phospat (HPO4) dihiap sebagian tergantung jumlah dalam plasma
c)      Sekersi
Selain proses reabsorsi, ada beberapa zat yang di sekresi dari kapiler peritubular ke dalam tubulus, yaitu :
         PAH (para amino hipurat)
         Creatinin
         Hidrogen (H+)
         Penisilin
         Amoniak (NH3)
         Kalium (K3)
d)     Waktu yang diperlukan dari masuknya caira samapai keluar air kemih :
Sesudah masuk cairan eksresi dimulai dalam waktu 20-30 menit, selambat lambatnya : 1-1,5 jam dan keluarkan dalam waktu 4-5 jam
e)      Jumlah air kemih :
         Tergantung dari pemasukan cairan, banyaknya cairan yang hilang dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan penguapan dan keringat
         Pengeluaran cairan : 500cc - 1500cc
f)       Kandungan air kemih normal :
         Air                   : ± 1500 cc
         Garam garam : ± 40 gram/hari

3.      Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.

Mikturisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

PROSES ELIMINASI SISA PENCERNAAN
Setiap organisme memerlukan makanan untuk tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Aktivitas makan dilakukan semua makhluk hidup tigak memandang usia, spesies dan jenis kelamin. Makanan yang dikonsumsi akan dicerna oleh tubuh melalui beragam proses (Jati, 2007:114).
Menurut Syaifuddin (2011:504), sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang menerima makanan, mencerna untuk dijadikan energi nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Pengeluaran sisa proses pencernaan disebut eliminasi sisa pencernaan. Potter & Perry (2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.
Organ yang berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi sampah digestif adalah kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah saluran pencernaan yang meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum dan anus. Panjang kolon pada orang dewasa ± 1,5 meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses, eliminasi fekal, pola defekasi, dan karakteristik feses yang dikutip dari Asmadi (2008).
1.      Proses pembentukan feses
Sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan kloride. Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc mengalami proses reabsorbsi. Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang tidak dicerna menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang dikenal dengan istilah flatus.
2.      Proses eliminasi fekal (defekasi)
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.
Begitu ada feses yang sampai di rektum, maka ujung saraf sensoris yang berada pada rektum menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini diteruskan ke medula spinalis. Setelah itu, impuls dikirim ke korteks serebri serta sakral II dan IV. Impuls dikirim ke korteks serebri agar indivisu menyadari keinginan buang air besar. Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim ke saraf simpatis untuk mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya sphincter ani tersebut menyebabkan banyak feses yang masuk ke dalam rektum. Kemudian terjadi proses defekasi dengan mengendornya sphincter ani eksterna dan tekanan yang mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan diafragma.
3.       Pola defekasi
Waktu defekasi dan jumlah feses bersifat  individual. Orang dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training  yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun, secara khusus, jumlah feses sangatlah bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan.
4.      Karakteristik feses
Karakteristik feses pada setiap perkembangan manusia berbeda. Lihat tabel!
Tabel.1. Karakteristik Feses
Karakteristik
Normal
Abnormal
Warna
Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
Merah
Konsistensi
Lunak, berbentuk
Cair Padat
Frekuensi
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari (jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari; orang dewasa 1 kali sehari atau 2-3 kali seminggu
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari satu kali setiap 1-2 hari; orang dewasa lebih dari 3 kali sehari atau kurang dari satu kali seminggu.
Bentuk
Menyerupai diameter rektum
Berbentuk pensil
Unsur-unsur
Makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak, pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus dan air
Darah, pus, materi asing, lendir, dan cacing

GANGGUAN ELIMINASI SISA METABOLISME DAN PENCERNAAN, DAN PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
1. Gangguan Proses Eliminasi
a. Gangguan eliminasi urine
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan dalam aktivitas berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh kerusakan fungsi kandungan kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir keluar, atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter. Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah khusus karena urine keluar melalui sebuah stoma (Potter&Perry, 2005:1686).
Tabel 2. Gejala Umum pada Perubahan Perkemihan
Gejala
Deskripsi
Penyebab atau Faktor Terkait
Urgensi
Merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
Penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung kemih akibat infeksi, sphincter uretra tidak kompeten, stres psikologis.
Disuria
Merasa nyeri atau sulit berkemih
Peradangan kandung kemih, trauma atau inflamasi sphincter uretra
Frekuensi meningkat
Berkemih dengan sering
Peningkatan asupan cairan, radang pada kandung kemih, peningkatan tekanan pada kandung kemih (kehamilan, stres psikologis)
Keraguan berkemih
Sulit memulai berkemih
Pembesaran prostat, ansietas, edema uretra
Poliuria
Mengeluarkan sejumlah besar urine
Asupan cairan berlebihan, diabetes melitus atau insipidus, penggunaan diuretik, diuresis pascaobstruktif
Oliguria
Pengeluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk (biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam)
Dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi ADH, gagal jantung kongestif
Nokturia
Berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
Asupan cairan berlebihan sebelum tidur (terutama kopi atau alkohol), penyakit ginjal, proses penuaan
Dribling (urine yang menetes)
Kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine
Stres inkontinensia, overflow akibat retensi urine
Hematuria
Terdapat dalah dalam urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit glomerulus, infeksi pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur perkemihan, diskrasia darah
Retensi Urine
Akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung kemih untuk benar mengosongkan diri
Obstruksi uretra, inflamasi pada kandung kemih, penurunan aktivitas sensorik, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, setelah tindakan anestesi, efek samping obat-obatan
Residu Urine
Volume urine tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau lebih)
Inflamasi atau iritasi mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, trauma atau inflamasi uretra
b.  Gangguan eliminasi sisa pencernaan
Gangguan pada eliminasi sampah digestif atau sisa pencernaan menurut Potter & Perry (2005:1746), sebagai berikut:
a)      Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melunasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum.
b)      Impaksi
Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat diluarkan. Pada kasus impaksi berat, massa dapay lebih jauh masuk ke dalam sigmoid. Klien menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang paling beresiko mengalami impaksi.
Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
c)      Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang memengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi cairan yang biasa tidak dapat berlangsung. Iritasi di salam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lendir. Akibatnya, feses menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak mampu mengontrol keinginan untuk defekasi.
d)     Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus. Kondisi fisik yang merupakan fungsi atau kontrol sphincter anus dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat seringnya defekasi, feses encer, volumenya banyak, dan feses mengandung air juga mempredisposisi individu untuk mengalami inkontinensia.
e)      Flatulen
Flutulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui mulut (bersendawa) atau melalui anus (pengeluaran flatus). Namun, jika ada penurunan motilitas usus akibat penggunaan opiat, agens anestesi umum, bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri yang terasa sangat menusuk.
f)       Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum. Ada dua jenis hemoroid, yakni hemoroid internal atau hemoroid eksternal. Hemoroid eksternal terlihat jelas ebagai penonjolan kulit, apabila lapisan vena mengeras, akan terjadi perubahan warna menjadi keunguan. Hemoroid internal memiliki membran mukosa di lapisan luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedn saat defekasi, selama masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif, dan penyakit hati kronik dapat menyebabkan hemoroid.
2.      PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
A.    Faktor yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi metabolisme dan sisa pencernaan, yaitu:
1.      Usia
Usia berpengaruh pada kontrol eliminasi individu. Anak-anak masih belum mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil karena siste, neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Pada lansia proses eliminasi juga berubah karena terjadi penurunan  tonus otot.
2.      Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Selain itu, terjadinya malnutrisi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang organ perkemihan  maupun organ pencernaan.
3.      Cairan
Intake cairan berpengaruh  pada eliminasi fekal dan urine. Apabila intake cairan kurang dan output cairan berlebihan, maka tubuh menyerap air lebih banyak dari usus besar sehingga feses menjadi keras dan sulit keluar. Sementara itu, pada eliminasi urine, urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4.      Latihan Fisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Hal ini sangat penting bagi defekasi (pembuangan feses)  dan miksi (pembuangan urine). Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya paristaltik.
5.      Stres Psikologis
Ketika seseorang sedang mengalami ketakutan atau kecemasan, terkadang ia mengalami diare atau beser. Namun, ada juga yang mengalami susah buang air besar.
6.      Temperatur
Jika temperatur tubuh tinggi, maka terjadi penguapan cairan tubuh. Hal itu  menyebabkan kekurangan cairan, sehingga terjadi konstipasi dan pengeluaran urine yang sedikit.
7.      Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi. Seseorang yang berada dalam keadaan  nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang, maupun untuk melakukan latihan fisik.
8.      Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap eliminasi. Ada obat yang menyebabkan diare, konstipasi maupun inkontinensia (Asmadi,2008:97-98). 
B.     Pengkajian Kebutuhan Eliminasi
1.      Aspek biologis
         Usia
         Aktivitas fisik
         Riwayat kesehatan dan diet
         Penggunaan obat-obatan
         Pemeriksaan fisik : Eliminasi urine dan eliminasi fekal
         Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine (warna, kejernihan, bau dan pH) dan pemeriksaan feses.
2.      Aspek Psikologis
Stres emosional dapat menimbulkan gangguan pada eliminasi. Stres dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk terus berkemih, sehingga frekuensi berkemih meningkat. Selain itu, kecemasan yang dialami seseorang dapat membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Pengaruh ansietas pada eliminasi fekal dapat meningkatkan peristaltik sehingga timbul diare (Asmadi, 2008:100).
3.      Aspek Sosiokultural
Menurut Asmadi (2008:100), adat istiadat terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti posisi berkemih bagi sebagian kultur mesti dilakukan dengan posisi berjongkok, adapula dengan berdiri. Begitu pula dengan eliminasi fekal, ada yng buang air besar di WC, kali, kebun dan lain-lain. Nilai-nilai masyarakat pun perlu dikaji yang  terkait dengan eliminasi.
4.      Aspek Spiritual
Keyakinan individu terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti urine dan feses diyakini sebagai sesuatu yang najis sehingga perlu dibersihkan dengan air. Ada pula individu yang cukup membersihkannya dengan tisu. Keyakinan ini juga berhubungan dengan praktek kultural setempat.

C.    Metode Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sampah atau kotoran yang terdapat di dalam tubuh. Kotoran ini bersifat toksin, jika tidak segera dibuang makan dapat meracuni fubuh dan akhirnya menyebabkan kematian.Namun, tidak selamanya eliminasi berjalan dengan lancar, terkadang mengalami hambatan baik pada eliminasi fekal maupun urine. Gangguan atau hambatan tersebut bila tidak segera ditanggulangi dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus mampu mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada eliminasi serta dapat menanggulanginya. Oleh karena itu, perawat harus mampu melakukan beberapa tindakan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan eliminasi. Seperti yang dinyatakan Asmadi (2008:101), tindakan tersebut antara lain:
a.       Membantu pengeluaran feses secara manual
b.      Penggunaan pispot atau urinal
c.       Kateterisasi (pemasangan selang kateter)
d.      Irigasi kandung kemih
e.       Bladder training (latihan otot-otot vesika urinaria)
f.       Melakukan huknah (enema) (memasukkan cairan pencahar ke rektum dan kolon)